INFO KULIAH Dan SKRIPSI

MELAYANI JASA PEMBUATAN TESIS, SKRIPSI, LAPORAN PKL, DAN AGEN PENDAFTARAN KULIAH MUDAH, MURAH

Profesiku

Kisah Penggalan Profesiku,.......!!!

Semenjak usia Sekolah Menengah Atas (SMA), saya telah dibina dan dibentuk sebagai Pengajar ( seorang guru). Akan tetapi guru untuk mengajarkan cara membaca huruf Al Qur'an ( a, ba, ta tsa dst). Kalau dulu hanya ada satu-satunya metode cara membaca Al Qur'an dengan methode Bagdhadiyah. Buku alat peraga yang dipakai adalah " Kitab Turutan "

Antara Tahun 1983-1987 an, Kakak Sulung sekaligus sebagai guru-ku, benar-benar telah sukses membina generasi dikampung-Ku, generasi dimasa-ku benar-benar telah dibina Aqidahnya, Akhlaqnya, Ibadahnya dan Syiyasiyahnya.

Pembinaan generasi di kampung-ku, angkatan pertama (generasi assabiqul awwalun) yang terbina, untuk melanjutkan estafet pembinaan Aqidah Islam, dari generasi ke generasi, dari situlah saya mulai belajar mengajar yang dipaksakan mau tidak mau untuk dapat menyampaikan pelajaran-pelajaran yang sudah bisa kami serap kepada adik-adik generasi di bawahnya.

Tersebarnya pembinaan Aqidah dan muamalah ibadah di kampung-kampung dan dukuh-dukuh (padukuhan), adalah bentuk kerja Team dari generasi Assabiqul Awwalun.

Tahun 1987 an akhir, pembinaan generasi mulai menurun lagi, disebabkan teman-teman Assabiqul Awwalun, satu persatu mengadu nasib ke Jakarta.

Disebabkan beralihnya generasi penerus yang ngajar ngaji,... akhirnya aktifitas saya berkurang dan mulai masuk ke dunia pendidikan formal sebagai tenaga Administrasi dan sebagai Guru Honorer, disebuah Madrasah Tsanawiyah (Mts).

Suatu ketika, Ibu-ku,.. memberikan adwis, perihal masa depan (kasab, asa, impian, future) sebagai seorang laki-laki dikemudian hari, dengan ucapan pertanyaan dan motivasinya : " Sin,.... apa kamu ngga kepengin, kaya temen-temen-mu, mengadu nasib ke Jakarta, mencari pekerjaan yang layakuntuk bekal hari tua-mu,...!!!???

Selang 1 (satu) bulan setelah lebaran 1989, Ibu meninggal dunia, setelah dirwat di Rumah Sakit kurang lebih selama 1.5 bulan lamanya. Meninggalnya Ibu, saya mengalami sakit (tekanan jiwa) yang cukup serius, batuk rejan, kronik berulang-ulang hingga 2 (dua) bulan terus tanpa henti siang malam, berbagai obat dokter dan obat alami diminum, tapi tak kunjung sembuh juga.

Setelah berobat berulang kali hingga dirujuk ke RS Paru, ternyata negatif, hasil rontgen paru-paru baik, baru, dokter memberi obat cukup efektif dan sembuh.

Setelah sembuh saya sadar,.. ibu talah tiada,.. saya harus membantu Bapak, untuk masak menyiapkan makan Bapak dan adik-adik yang ada termasuk kepanakan. Alhamdulillah hikmah dari belajar masak yang tidak disadari tapi terus-menerus ketika usia-ku mulai Kelas IV (Empat) SD, ibu sering sakit pusing (sakit kepala), saat itulah saya secara tidak langsung dilatih dan menjadi terbiasa membantu masak Ibu. Saat ibu sakit,.. saya selalu disuruh,.. Siin,.......... itu tempenya dibalik takut gosong,... !! kalau udah kecoklatan angkat. Sayuran yang ada di tempat dicuci,.... ulegin bumbu-bumbu yang ada di ciri (cobek) sampai halus,........... minyak yang dipenggorengan dikurangi sisain sedikit,....... taruh bumbu-tersebut,....!!!,  lalu masukan sayuran-nya,....., . ungkep sebentar, dibalik/aduk rata, coba kasih air dikit,..... coba cicipin,...., apa asin, manis atau pedas,.... kurang apa,...!!?

Begitu seterusnya, hingga tidak saya sadari ketika saya Remaja dan di tinggal Ibu, betul-betul telah lihai masak apapun (masakan orang kampung) dari tumis kangkung sampai semur daging, dari Sroto, bakso hingga lodeh atau sayur opor.

September 1989, saya pergi bismillahi tawakaltu mengadu nasib (kasab) ke Jakarta, ingat dengan pesan Ibu ketika masih hidup, saya menggalkan Bapak dan adik-adik yang sudah mulai memasuki Remaja. Sebelum pergi ke Jakarta saya pernah menyuruh Bapak untuk mencari teman hidup lagi (Istri) tapi yang pantas.

Bogor, 17 September 2012 M / 1 Dzulqoidah 1433 H



0 komentar:

Posting Komentar