Brangkas PT. KAI-Commuter Line kebobolan
Sudah 1 (satu) tahun ini, PT.KAI-Commuter Line (CL) tengah melakukan pembenahan baik mulai dari insfrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM)-nya maupun sistemnya. Setelah cukup lama PT.KAI-Commuter Line, ingin menerapkan Tiket Elektronik kepada para pengguan jasa Kereta, tentunya rencana itu tidak berjalan dengan mulus. Sistem yang telah diuji cobakan 1 (satu) tahun ke belakang, tentunya tidak sedikit biaya yang digelontorkan untuk penggunaan Kartu Elektronik dengan sistem isi pulsa.
Belum juga mulus perencanaan dan pelaksanaan Kartu Elektronik, Sistem baru dipersiapkan untuk peningkatan pelayanan para pengguna jasa Kereta yaitu dengan menggunakan E-Ticetting Commuter Line.
Sistem baru yang sedang dipersiapkan ini tentunya membawa dampak berkepanjangan dan cerita sedih para Pedagang Asongan Kereta, Pemilik Kios-kios di sekitar Stasiun. Mereka telah berpuluh-puluh tahun menggantungkan hidupnya di jalur Kereta Listrik (KRL) Jabodetabek. Babak baru bertambahnya angka pengangguranpun semakin bertambah, apalagi bila Pemerintah Pusat RI, menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam waktu dekat ini. Bila BBM jadi naik masyarakat luas semakin bertambah sengsara.
Pemberlakuan sistem baru E-Ticetting Commuter Line, telah disosialisasikan mulai 1 Juni 2013, sistem baru mulai diterapkan. Pihak PT.KAI-Commuter Line juga telah menetapkan Tarif Baru KRL-Commuter Line (CL), yang semula jarak dekat dan jauh rata-rata hampir sama biayanya yaitu antara Rp. 8.000,- s.d. Rp. 9.000,-. Setelah dipikir-pikir memang tidak masuk akal dan tidak manusiawi, bahwa bepergian jarak dekat dan jauh hampir sama saja besar biaya yang harus dibayarkan.
Se orang Ibu Rumah Tangga, tetangga dekat hingga berpikir 1000 kali apabila bepergian dari Bogor menuju Jakarta membawa anak-anaknya. Katanya : " Bayangkan saya punya anak 4 (empat) ", bila ke Jakarta saya harus membayar ongkos Rp. 9.000,- x 5 = Rp. 45.000,- PP, berarti ongkos Kereta saja Rp. 90.000,-, belum untuk angkot dan ojeg, semakin tambah susah saja " kata-nya.
Penerapan Peraturan selalu ada yang menanggung dampaknya, padahal yang terkena imbasnya masyarakat luas golongan ekonomi menengah ke bawah.Bulan Juni telah lewat 1 (satu) pekan, berita gembira yang ditunggu-tungguh masyarakat tidak kunjung tiba juga, sebab hingga saat ini pihak PT.KAI-Commuter Line, masih memberlakukan tarif lama.
Belum siapnya Sistem, sarana (insfratuktur) penunjang, Sumber Daya Manusia (SDM) dan Manajemen, diprediksi bisa membangkrutkan PT.KAI-Commuter Line. Betapa tidak ?!, pekerjaan sarana insfratruktur belum selesai, Manajemen SDM masih belum optimal dan berdayaguna, termasuk Petugas Portir pada pintu-pintu keluar yang belum terdapat mesin/sistem E-Ticetting, belum terkoordinasi dengan baik.
Walhasil, banyak para pengguna jasa Commuter Line, yang telah membeli Tiket diberi oleh petugas/kasir berupa E-Ticetting, hingga hari ini (tulisan ini dimuat), Tiket Elektronik tersebut dibawa pulang oleh para pengguna jasa kerete. Katakan saja bila Tiket yang bablas/hilang dalam setiap harinya sebanyak 1.000 Tiket x Rp. 9.000,- = Rp. 9.000.000,- PT.KAI-Commuter Line mengalami kerugian. Bila dihitung hingga hari ke 7 Juni 2013 = 7 x 9.000.000,- = Rp. 63.000.000,- Bila dalam 4 minggu / bulan PT.KAI-Commuter Line bisa merugi sebesar Rp. 252.000.000,-
Bila tidak cepat melakukan pembenahan menyeluruh, maka Pedaringan PT.KAI-Commuter Line, ludes alias kebobolan.
Bogor, 7 Juni 2013 M
28 Rajab 1434 H
Pengguna Jasa KRL-Commuter Line
Sudah 1 (satu) tahun ini, PT.KAI-Commuter Line (CL) tengah melakukan pembenahan baik mulai dari insfrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM)-nya maupun sistemnya. Setelah cukup lama PT.KAI-Commuter Line, ingin menerapkan Tiket Elektronik kepada para pengguan jasa Kereta, tentunya rencana itu tidak berjalan dengan mulus. Sistem yang telah diuji cobakan 1 (satu) tahun ke belakang, tentunya tidak sedikit biaya yang digelontorkan untuk penggunaan Kartu Elektronik dengan sistem isi pulsa.
Belum juga mulus perencanaan dan pelaksanaan Kartu Elektronik, Sistem baru dipersiapkan untuk peningkatan pelayanan para pengguna jasa Kereta yaitu dengan menggunakan E-Ticetting Commuter Line.
Sistem baru yang sedang dipersiapkan ini tentunya membawa dampak berkepanjangan dan cerita sedih para Pedagang Asongan Kereta, Pemilik Kios-kios di sekitar Stasiun. Mereka telah berpuluh-puluh tahun menggantungkan hidupnya di jalur Kereta Listrik (KRL) Jabodetabek. Babak baru bertambahnya angka pengangguranpun semakin bertambah, apalagi bila Pemerintah Pusat RI, menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam waktu dekat ini. Bila BBM jadi naik masyarakat luas semakin bertambah sengsara.
Pemberlakuan sistem baru E-Ticetting Commuter Line, telah disosialisasikan mulai 1 Juni 2013, sistem baru mulai diterapkan. Pihak PT.KAI-Commuter Line juga telah menetapkan Tarif Baru KRL-Commuter Line (CL), yang semula jarak dekat dan jauh rata-rata hampir sama biayanya yaitu antara Rp. 8.000,- s.d. Rp. 9.000,-. Setelah dipikir-pikir memang tidak masuk akal dan tidak manusiawi, bahwa bepergian jarak dekat dan jauh hampir sama saja besar biaya yang harus dibayarkan.
Se orang Ibu Rumah Tangga, tetangga dekat hingga berpikir 1000 kali apabila bepergian dari Bogor menuju Jakarta membawa anak-anaknya. Katanya : " Bayangkan saya punya anak 4 (empat) ", bila ke Jakarta saya harus membayar ongkos Rp. 9.000,- x 5 = Rp. 45.000,- PP, berarti ongkos Kereta saja Rp. 90.000,-, belum untuk angkot dan ojeg, semakin tambah susah saja " kata-nya.
Penerapan Peraturan selalu ada yang menanggung dampaknya, padahal yang terkena imbasnya masyarakat luas golongan ekonomi menengah ke bawah.Bulan Juni telah lewat 1 (satu) pekan, berita gembira yang ditunggu-tungguh masyarakat tidak kunjung tiba juga, sebab hingga saat ini pihak PT.KAI-Commuter Line, masih memberlakukan tarif lama.
Belum siapnya Sistem, sarana (insfratuktur) penunjang, Sumber Daya Manusia (SDM) dan Manajemen, diprediksi bisa membangkrutkan PT.KAI-Commuter Line. Betapa tidak ?!, pekerjaan sarana insfratruktur belum selesai, Manajemen SDM masih belum optimal dan berdayaguna, termasuk Petugas Portir pada pintu-pintu keluar yang belum terdapat mesin/sistem E-Ticetting, belum terkoordinasi dengan baik.
Walhasil, banyak para pengguna jasa Commuter Line, yang telah membeli Tiket diberi oleh petugas/kasir berupa E-Ticetting, hingga hari ini (tulisan ini dimuat), Tiket Elektronik tersebut dibawa pulang oleh para pengguna jasa kerete. Katakan saja bila Tiket yang bablas/hilang dalam setiap harinya sebanyak 1.000 Tiket x Rp. 9.000,- = Rp. 9.000.000,- PT.KAI-Commuter Line mengalami kerugian. Bila dihitung hingga hari ke 7 Juni 2013 = 7 x 9.000.000,- = Rp. 63.000.000,- Bila dalam 4 minggu / bulan PT.KAI-Commuter Line bisa merugi sebesar Rp. 252.000.000,-
Bila tidak cepat melakukan pembenahan menyeluruh, maka Pedaringan PT.KAI-Commuter Line, ludes alias kebobolan.
Bogor, 7 Juni 2013 M
28 Rajab 1434 H
Pengguna Jasa KRL-Commuter Line